LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
VII. DATA PENGAMATAN
NO |
Perlakuan |
Fungsi Alat dan Bahan |
Tujuan |
Hasil Pengamatan |
1 |
Siapkan fasa
gerak berupa methanol, etil asetat, kloroform dan kloroform : methanol dengan
perbandingan 10:1. |
Alat : 1.
Botol kaca berfungsi untuk menampung
larutan yang akan digunakan dan untuk melakukan proses TLC 2.
Penjepit berfungsi untuk
mengambil plat TLC 3.
Lampu UV berfungsi untuk
menyinari plat TLC sehingga diketahui jarak tempuh noda 4.
Pensil berfungsi untuk memberi
tanda dan titik pada plat TLC 5.
Penggaris berfungsi untuk
membuat garis pada plat TLC 6.
Tabung kapiler berfungsi untuk
menotolkan sampel senyawa yang tidak diketahui Bahan 1. Methanol
berfungsi sebagai fasa gerak 2. Etil
asetat berfungsi sebagai fasa gerak 3. Kloroform
berfungsi sebagai fasa gerak 4. Kloroform
: methanol dengan perbandingan 10:1 berfungsi sebagai fasa gerak 5. Plat
TLC berfungsi sebagai tempat melakukan kromatografi lapis tipis dengan menotolkan
sampel dan melihat jarak tempuh noda dan pelarut 6. Etanol
berfungsi untuk membersihkan tabung kapiler sehingga tidak terjadi
kontaminasi bahan kimia saat menotolkan sampel pada plat TLC |
Untuk
menyiapkan fasa gerak dalam kromatografi lapis tipis ini |
Masing-masing
fasa gerak dalam botol kaca berwarna bening |
2 |
Siapkan plat
TLC dengan menggambar sebuah garis dengan jarak 1 cm dari dasar plat secara
lembut dengan menggunakan pensil. |
Untuk membuat
garis pada plat TLC sehingga dapat dihitung jarak tempuh noda dan pelarut pada
akhir pemisahan |
Permukaan
Plat TLC dilapisi silika gel dan jarak garis dari dasar plat = 1 cm |
|
3 |
Siapkan 4
buah plat TLC. Buatlah 4 buah titik dengan jarak masing-masing 1 cm dan beri
tanda A (asetil asetat), C (kafein), P
dan X serta beri tanda pada
pojok kanan atas untuk pelarut atau fasa gerak yang digunakan masing-masing
pada 4 buah plat TLC. |
Untuk memberi
label sehingga dapat membandingkan jarak tempuh noda dan jarak tempuh pelarut
untuk menghitung nilai Rf |
Jarak
masing-masing titik = 1 cm dengan masing-masing titik diberi tanda A (asetil
asetat), C (kafein), P () dan X ()
serta tanda pada pojok kanan atas untuk pelarut fasa gerak pada masing-masing
plat TLC. |
|
4 |
Ambil salah
satu sampel dengan tabung kapiler dan totolkan pada salah satu tanda A, C, P
dan X yang telah dibuat dengan lembut dan cepat. Dibersihkan tabung kapiler
dengan etanol untuk menotolkan sampel yang lainnya. |
Untuk memberi
totol sampel pada plat TLC sehingga dapat dihitung jarak tempuh noda. Pembilasan
tabung kapiler dengan etanol untuk membersihkan tabung kapiler sehingga tidak
terjadi kontaminasi bahan kimia saat menotolkan sampel pada plat TLC |
Titik pada
plat TLC masing-masing terdapat totol senyawa sesuai dengan tanda. Tabung
kapiler yang telah dibilas dengan etanol bebas dari senyawa sebelumnya
sehingga tidak terkontaminasi |
|
5 |
Letakkan
plat TLC tegak lurus menggunakan penjepit ke dalam fasa gerak. Jangan biarkan
plat TLC bergerak dan terendam karena dapat merusak totolan dan nilai Rf. |
Agar proses
kromatografi lapis tipis dapat berjalan dengan baik dan sempurna |
Fase
gerak/pelarut perlahan teradsorpsi oleh plat TLC yang ditandai dengan
bergerak naik pada plat TLC Fasa gerak |
|
6 |
Amati fasa
gerak yang naik ke atas plat TLC. |
Untuk mengetahui
penghentian proses kromatografi lapis tipis |
||
7 |
Angkat plat
TLC apabila fasa gerak telah mencapai jarak 1 cm dari ujung atas plat TLC
dengan penjepit. Dibuat garis pada bagian atas batas pelarut dengan hati-hati
menggunakan pensil. Lalu, dibiarkan plat TLC untuk menguapkan pelarut. |
Untuk memberi
batas jarak tempuh pelarut dan membiarkan pelarut menguap |
Jarak fasa
gerak pada plat TLC = 1 cm dari ujung atas plat dan proses kromatografi sudah
dapat dihentikan |
|
8 |
Gunakan
lampu UV untuk memvisualisasikan jarak tempuh noda. Gambarkan lingkaran pada
setiap noda yang terlihat dengan hati-hati. |
Untuk mengetahui
jarak tempuh noda |
Terlihat
batas noda pada plat TLC ketika disinari lampu UV |
|
9 |
Tentukan
nilai Rf dan identifikasi senyawa yang
tidak diketahui pada percobaan. |
Untuk
mengetahui nilai Rf dari masing-masing senyawa yang tidak diketahui sehingga
dapat diidentifikasi |
Masing-masing
noda dapat ditentukan nilai Rf dengan menghitung jarak tempuh noda dan jarak
tempuh pelarut melalui persamaan : Rf = |
|
10 |
Letakkan
plat TLC yang telah digunakan pada wadah limbah yang disediakan dan buang
fasa gerak pada tempat limbah yang sesuai. |
|
Plat TLC dan
fasa gerak dibuang sesuai pada wadah limbah |
VIII. PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan
yang telah diamati pada video, dapat diketahui proses kromatografi lapis tipis
dapat dilakukan untuk melakukan proses pemisahan senyawa dan mengidentifikasi
senyawa yang tidak diketahui. Dalam proses kromatografi ini, terdapat dua fasa,
yaitu fasa gerak dan fasa diam. Senyawa yang diguanakan sebagai fasa gerak
adalah methanol, etil asetat, kloroform dan kloroform : methanol dengan
perbandingan 10:1. Sedangkan fasa diam yang diguanakan adalah senyawa yang
tidak diketahui (terdiri dari asetil asetat, kafein, dan dua senyawa lain yang
tidak diketahui).
Untuk melakukan proses kromatografi lapis tipis, digunakan suatu plat TLC yang sebelumnya digambar sebuah garis dengan jarak 1 cm dari dasar plat secara lembut dengan menggunakan pensil. Kemudian, dibuat 4 buah titik dengan jarak masing-masing 1 cm dan beri tanda A (asetil asetat), C (kafein), P dan X serta beri tanda pada pojok kanan atas untuk pelarut atau fasa gerak yang digunakan masing-masing pada 4 buah plat TLC. Selanjutnya, dilakukan penotolan sampel dengan tabung kapiler, di mana sebelum dilakukan penotolan sampel lainnya dibersihkan terlebih dahulu tabung kapiler dengan etanol untuk menghindari kontaminasi bahan agar hasil akhir yang diperoleh baik dan sempurna. Setelahnya, plat TLC diletakkan tegak lurus menggunakan penjepit ke dalam fasa gerak. Tujuannya agar proses kromatografi berjalan baik dan sempurna. Setelah beberapa saat, pelarut atau fasa gerak akan teradsorpsi pada plat TLC dan noda sampel bergerak naik pada plat. Setelah fasa gerak mencapai jarak 1 cm dari ujung atas plat TLC, dibuat garis pada bagian atas batas pelarut dengan hati-hati menggunakan pensil untuk memberi batas jarak tempuh pelarut. Lalu, dibiarkan plat TLC untuk menguapkan pelarut. Dalam mengamati jarak tempuh noda yang tak terlihat, digunakan lampu UV sehingga noda dapat terlihat dengan jelas. Untuk itu, dilingkari noda setelah terlihat dibawah sinar lampu UV. Berikut ini hasil penyinaran dengan lampu UV sehingga jarak masing-masing noda dapat diketahui yang ditandai dengan lingkaran
Setelah diketahuinya jarak tempuh noda, maka dapat dilakuan perhitungan nilai Rf, di mana nilai Rf ditentukan dari hasil perbandingan jarak tempuh noda dengan jarak tempuh pelarut. Berikut ini hasil perhitungan nilai Rf senyawa yang tidak diketahui yang digunakan pada video
IX. PERTANYAAN
1. Mengapa jarak
noda dari senyawa yang digunakan memberikan hasil yang berbeda pada
masing-masing pelarut?
2. Bagaimana cara
menentukan nilai Rf dari hasil pemisahan kromatografi?
3. Berdasarkan
hasil yang diperoleh, apa yang membedakan antara fasa gerak, fasa diam dan
pelarut?
X. KESIMPULAN
1. Kromatografi Lapis Tipis atau Thin Layer Chromatography (TLC)
merupakan salah satu golongan kromatografi planar dengan bentuk pemisahan yang
fleksibel untuk memisahkan campuran yang tidak volatil, sehingga tidak heran
banyak digunakan secara konvensional.
2. Pemisahan dengan cara TLC dilakukan dengan menggunakan plat TLC yang dilapisi dengan silica gel/alumina/selulosa dan diberikan garis dari dasar pada jarak 0,5 – 1 cm serta diberikan tanda titik untuk menotolkan sampel. Selanjutnya, plat direaksikan dengan fasa gerak dengan memperhatikan plat harus tegak lurus dan tidak boleh terendam serta bergerak sehingga tidak merusak noda. Dengan demikian, nilai Rf dapat ditentukan dan sampel yang digunakan dapat diidentifikasi.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta : Erlangga https://books.google.co.id/books?id=63qleQuMe40C&printsec=frontcover#v=onepage&q=kromatografi%20lapis%20tipis&f=true (diakses pada 28 April 2021).
Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember : PT. Taman Kampus Presindo https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77393/Lestyo%20W_Buku_ISBN%20978-979-17068-1-0_Kromatografi%20Lapis%20Tipis_(Farmasi).pdf?sequence=1 (diakses pada 28 April 2021).
Oktaviantari, D. Eka., dkk. 2019. Identifikasi Hidrokuinon dalam Sabun Pemutih Pembersih Wajah pada Tiga Klinik Kecantikan di Bandar Lampung dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Analis Farmasi. Vol.4 No. 2. http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/analisfarmasi/article/download/2071/pdf (diakses pada 28 April 2021).
Perkenalkan nama saya Elseria Afriyanti Togatorop, NIM : A1C119071
BalasHapusAkan menjawab pertanyaan no 3
yang membedakan antara fasa gerak, fasa diam dan pelarut adalah senyawa yang digunakan. Dimana pada percobaan ini senyawa yang digunakan sebagai fasa gerak adalah methanol, etil asetat, kloroform dan kloroform : methanol dengan perbandingan 10:1. Sedangkan fasa diam yang digunakan adalah senyawa yang tidak diketahui (terdiri dari asetil asetat, kafein, dan dua senyawa lain yang tidak diketahui). Dan Pelarut berdasarkan hasil percobaan ini adalah merupakan fasa geraknya.
Perkenalkan nama saya Soni Fitri Br Nababan, NIM : A1C119097
BalasHapusAkan menjawab pertanyaan no 1 itu dikarenakan dengan suatu sifat dari kepolaran pada setiap fasa diam dan juga fasa geraknya. Dimana tingkatan kepolaran akan menentukan tingkat tingginya kapilaritas noda masing-masing yang berbeda-beda pula.
Baiklah saya febby Rahmadayani ( A1C119052 ) akan menjawab pertanyaan suci no 2.
BalasHapusSetelah diketahuinya jarak tempuh noda, maka dapat dilakuan perhitungan nilai Rf, di mana nilai Rf ditentukan dari hasil perbandingan jarak tempuh noda dengan jarak tempuh pelarut.